cerpen Anak (Tumis Kangkung Lebih Baik)
Tumis Kangkung Lebih Baik
Oleh : Hijrah Anggraini Nashuha
"Ibu aku pulang," ucapku riang saat sampai di rumah.
"Eh, anak ibu sudah pulang, salamnya mana?" tanya ibu.
"Hehe.., assalamualaikum," ucapku.
"Walaikumsalam cantik," jawab ibu.
"Ibu, masak apa?" tanyaku.
"Masak tumis kangkung."
"Ah, nggak suka bu! Nggak enak, aku nggak mau makan," ucapku ngambek.
"Ih, nggak boleh milih-milih makanan gitu, yang penting itu sehat, dan bergizi," jawab ibu.
"Tapi aku nggak suka bu," jawabku.
"Bersyukur saja sudah bisa makan, kamu tahu banyak temen kamu yang di luar sana itu banyak yang nggak bisa makan," nasihat ibu. Mungkin benar apa yang diucapkan ibu, tapi aku tidak suka makan tumis kangkung, entah karena apa aku tidak menyukainya.
"Sudah cepet sana ganti baju, terus makan," kata ibu.
"Iya," jawabku malas.
Aku segera ke kamar, dan berganti pakaian dan segera turun.
Aku segera turun, menemui ibu.
"Ini, udah ibu ambilin, ada lauknya juga, nggak cuma tumis kangkung," kata ibu.
"Aku nggak mau," tolakku.
"Lho? Nanti kamu kelaparan sayang!" kata ibu.
"Aku nggak laper! Bu, aku mau main, minta uang jajan," pintaku.
"Ish, kamu ini main saja!" kata ibu.
"Biarin aja, mana uangnya bu!" pintaku lagi.
"Ini!" ucap ibu sambil memberikan uang dua ribu rupiah.
"Ibu! Kurang," rengekku.
"Itu sudah banyak sayang, kamu tahu dulu ibu itu nggak boleh main, sekali main dimarahin. Lah kamu main terus ibu bolehin, dikasih uang jajan lagi, seharusnya bersyukur!" nasihat ibu setengah marah.
"Iya!" ketusku berlalu pergi.
Aku segera keluar dari rumah, menuju warung. Sebenarnya aku minta uang lebih, karena aku ingin makan. Tapi aku tidak mau makan tumis kangkung.
"Bang, siomay-nya dua ribu ya?" pintaku.
"Cuma dua ribu saja?" tanya abang tukang siomay.
"Iya, nggak punya uang!" jawabku.
Cukup lama aku menunggu, karena antrian memang sedikit banyak.
"Sausnya yang banyak ya bang!" pintaku lagi.
"Woke..," jawab abang Siomay.
"Ini," ucap abang siomay memberikanku sebungkus siomay yang masih panas dengan saus yang banyak sesuai mauku. "Makasih bang," ucapku.
Aku segera memakan siomay tersebut meski panas. Aku benar-benar kelaparan, bahkan saus-sausnya pun ikut kuhabiskan. "Ah, kenyang!" tuturku saat siomay itu habis.
"Pulang dulu bang!" pamitku.
"Ya hati-hati, besok beli lagi ya?" tawar bang siomay.
"Kalau punya uang ya bang!" jawabku sedikit teriak karena memang aku sudah jalan sedikit jauh.
Dengan riang dan hati yang kenyang aku pulang ke rumah.
"Assalamualaikum bu," ucapku.
"Walaikumsalam," jawab ibu.
"Udah makan belum?" tanya ibu.
"Hehe.., nanti malam sekalian aja deh, nggak laper," ucapku berbohong.
"Ya udah!" ucap ibu meninggalkanku.
Kunyalakan tv, hendak menonton acara kesukaanku. Baru sebentar menonton tiba-tiba saja perutku sakit. Aku segera menuju ke kamar mandi.
"Ibu, cepetan! Perutku sakit," ucapku sambil menggedor-gedor pintu kamar mandi.
"tck, iya! Ini juga cuma sebentar! Nggak sabar amat," jawab ibu.
Ibu keluar dari kamar mandi, dan aku segera masuk. Setelah selesai aku keluar. Dan ternyata ibu masih di sana.
"Kenapa? Sakit perut? Jajan sembarangan kan?" tebak ibu.
"Cuma jajan siomay doang," jawabku.
"Sama saja sayang! Mending makan tumis kangkung yang sehat daripada makan makanan nggak sehat. Meskipun kamu nggak suka paling nggak kamu sehat," nasihat ibu.
"Iya bu, maaf," ucapku menyesal.
"Yang penting itu nggaj diulangi lagi! Jajan boleh saja, tapi jangan berlebihan," nasihat ibu lagi.
"Iya."
Ibu pergi meninggalkanku. Aku menyesal telah jajan sembarangan, perutku menjadi sakit dan tidak enak. Kurasa ibu memang benar, meski aku tak suka tumis kangkung setidaknya itu sehat. Maafkn aku bu, aku menyesal!
“Tulisan ini diikutsertakan dalam #FirstGiveawayCeritaAnak”
Oleh : Hijrah Anggraini Nashuha
"Ibu aku pulang," ucapku riang saat sampai di rumah.
"Eh, anak ibu sudah pulang, salamnya mana?" tanya ibu.
"Hehe.., assalamualaikum," ucapku.
"Walaikumsalam cantik," jawab ibu.
"Ibu, masak apa?" tanyaku.
"Masak tumis kangkung."
"Ah, nggak suka bu! Nggak enak, aku nggak mau makan," ucapku ngambek.
"Ih, nggak boleh milih-milih makanan gitu, yang penting itu sehat, dan bergizi," jawab ibu.
"Tapi aku nggak suka bu," jawabku.
"Bersyukur saja sudah bisa makan, kamu tahu banyak temen kamu yang di luar sana itu banyak yang nggak bisa makan," nasihat ibu. Mungkin benar apa yang diucapkan ibu, tapi aku tidak suka makan tumis kangkung, entah karena apa aku tidak menyukainya.
"Sudah cepet sana ganti baju, terus makan," kata ibu.
"Iya," jawabku malas.
Aku segera ke kamar, dan berganti pakaian dan segera turun.
Aku segera turun, menemui ibu.
"Ini, udah ibu ambilin, ada lauknya juga, nggak cuma tumis kangkung," kata ibu.
"Aku nggak mau," tolakku.
"Lho? Nanti kamu kelaparan sayang!" kata ibu.
"Aku nggak laper! Bu, aku mau main, minta uang jajan," pintaku.
"Ish, kamu ini main saja!" kata ibu.
"Biarin aja, mana uangnya bu!" pintaku lagi.
"Ini!" ucap ibu sambil memberikan uang dua ribu rupiah.
"Ibu! Kurang," rengekku.
"Itu sudah banyak sayang, kamu tahu dulu ibu itu nggak boleh main, sekali main dimarahin. Lah kamu main terus ibu bolehin, dikasih uang jajan lagi, seharusnya bersyukur!" nasihat ibu setengah marah.
"Iya!" ketusku berlalu pergi.
Aku segera keluar dari rumah, menuju warung. Sebenarnya aku minta uang lebih, karena aku ingin makan. Tapi aku tidak mau makan tumis kangkung.
"Bang, siomay-nya dua ribu ya?" pintaku.
"Cuma dua ribu saja?" tanya abang tukang siomay.
"Iya, nggak punya uang!" jawabku.
Cukup lama aku menunggu, karena antrian memang sedikit banyak.
"Sausnya yang banyak ya bang!" pintaku lagi.
"Woke..," jawab abang Siomay.
"Ini," ucap abang siomay memberikanku sebungkus siomay yang masih panas dengan saus yang banyak sesuai mauku. "Makasih bang," ucapku.
Aku segera memakan siomay tersebut meski panas. Aku benar-benar kelaparan, bahkan saus-sausnya pun ikut kuhabiskan. "Ah, kenyang!" tuturku saat siomay itu habis.
"Pulang dulu bang!" pamitku.
"Ya hati-hati, besok beli lagi ya?" tawar bang siomay.
"Kalau punya uang ya bang!" jawabku sedikit teriak karena memang aku sudah jalan sedikit jauh.
Dengan riang dan hati yang kenyang aku pulang ke rumah.
"Assalamualaikum bu," ucapku.
"Walaikumsalam," jawab ibu.
"Udah makan belum?" tanya ibu.
"Hehe.., nanti malam sekalian aja deh, nggak laper," ucapku berbohong.
"Ya udah!" ucap ibu meninggalkanku.
Kunyalakan tv, hendak menonton acara kesukaanku. Baru sebentar menonton tiba-tiba saja perutku sakit. Aku segera menuju ke kamar mandi.
"Ibu, cepetan! Perutku sakit," ucapku sambil menggedor-gedor pintu kamar mandi.
"tck, iya! Ini juga cuma sebentar! Nggak sabar amat," jawab ibu.
Ibu keluar dari kamar mandi, dan aku segera masuk. Setelah selesai aku keluar. Dan ternyata ibu masih di sana.
"Kenapa? Sakit perut? Jajan sembarangan kan?" tebak ibu.
"Cuma jajan siomay doang," jawabku.
"Sama saja sayang! Mending makan tumis kangkung yang sehat daripada makan makanan nggak sehat. Meskipun kamu nggak suka paling nggak kamu sehat," nasihat ibu.
"Iya bu, maaf," ucapku menyesal.
"Yang penting itu nggaj diulangi lagi! Jajan boleh saja, tapi jangan berlebihan," nasihat ibu lagi.
"Iya."
Ibu pergi meninggalkanku. Aku menyesal telah jajan sembarangan, perutku menjadi sakit dan tidak enak. Kurasa ibu memang benar, meski aku tak suka tumis kangkung setidaknya itu sehat. Maafkn aku bu, aku menyesal!
“Tulisan ini diikutsertakan dalam #FirstGiveawayCeritaAnak”
kadang anak2 memang nyebelin gitu, suka jajan sembarang :)
ReplyDeletehehe... iya...
Delete