Puisi tentang rasa sakit, kelaparan, anak jalanan
Sakit yang melilit, bukan sembelit
Oleh: HAN
Biar waktu telah berlalu, namun rasa ini masih terasa halu.
Pusing kurasa, entah karena apa.
Pikiran tentang ini itu berkecamuk.
Mungkinkah aku telah meragu.
Waktu seakan menantang diriku. Bagian mana yang belum kulewati dalam sketsa hidup ini.
Cerita genre apa yang belum pernah terjajaki.
Mungkin romansa berbunga-bunga dengan doi.
Ah, perutku sakit sekali.
Seolah ada sesuatu yang melilit.
Memaksaku mengerutkan dahi menahan rasa sakit.
Aku bingung gundah gulana.
Tanpa kata dan tiada tempat tuk bercerita.
Tuhan memang ada, ya ada. tapi aku sedang meragu.
Sakit di perutku pergi.
Sejenak, dan kembali.
Hanya sebentar dan sakitnya semakin parah lagi.
Hei, aku tak sanggup lagi.
Aku terdiam, napasku tersenggal.
Mungkinkah ini akhir kehidupan.
ah, ternyata tidak, aku hanya kelaparan.
sedari pagi belum makan sesuap nasi.
Semarang, 16 Desember 2019
Oleh: HAN
Biar waktu telah berlalu, namun rasa ini masih terasa halu.
Pusing kurasa, entah karena apa.
Pikiran tentang ini itu berkecamuk.
Mungkinkah aku telah meragu.
Waktu seakan menantang diriku. Bagian mana yang belum kulewati dalam sketsa hidup ini.
Cerita genre apa yang belum pernah terjajaki.
Mungkin romansa berbunga-bunga dengan doi.
Ah, perutku sakit sekali.
Seolah ada sesuatu yang melilit.
Memaksaku mengerutkan dahi menahan rasa sakit.
Aku bingung gundah gulana.
Tanpa kata dan tiada tempat tuk bercerita.
Tuhan memang ada, ya ada. tapi aku sedang meragu.
Sakit di perutku pergi.
Sejenak, dan kembali.
Hanya sebentar dan sakitnya semakin parah lagi.
Hei, aku tak sanggup lagi.
Aku terdiam, napasku tersenggal.
Mungkinkah ini akhir kehidupan.
ah, ternyata tidak, aku hanya kelaparan.
sedari pagi belum makan sesuap nasi.
Semarang, 16 Desember 2019
Comments
Post a Comment