cerpen: Gerbong 2
Gerbong 2 Oleh : Hijrah Anggraini Nashuha “Hati-hati , kalau sudah di sana nanti kabari orang rumah,” pesan bapak padaku. Air mata mengenang di sudut matanya, kucium takzim tangan bapak, entah berapa lama lagi aku dapat mencium tangan beliau. Dengan langkah berat aku menuju tempat antrean pengecekan ID dan tiket keberangkatan, kulihat bapak masih berdiri sana. Menatapku seolah tak rela melepas anak gadisnya pergi seorang diri di kota seberang. Tiba giliranku kutunjukkan KTP dan tiket yang sudah kucetak sebelumnya. “Silakan tunggu sebentar di waiting room, kereta akan tiba dalam setengah sampai satu jam,” kata petugas dengan ramah. “Baik,” jawabku singkat. Kulihat bapak melambaikan tangan, kemudian berbalik menuju motor butut tuanya dan pulang ke rumah. Aku hanya bisa memandangnya kala itu. tak terasa air mata telah menetes, segera kuhapus serampangan, masih punya malu untuk menangis di muka umum. Kulihat sekeliling, tak hanya aku seorang diri di sini. Banyak orang