karya gagal terbit
Ingat aku ibu
(Hijrah Anggraini Nashuha)
seorang pasien paruh baya tergeletak tak berdaya di
sebuah rumah sakit. Dengan bantuan infus ia bisa bernafas. Terlihat seorang
perempuan tampak sedang tertidur di sebelahnya dengan posisi duduk.
"nona.. Bangunlah" kata seorang dokter. Perempuan itu hanya mengerjapkan matanya.
"oh...maaf aku ketiduran, apa anda ingin memeriksa ibu saya?" tanya perempuan itu. Dokter itu hanya mengangguk lalu memeriksa keadaan ibunya.
"apa ada peningkatan dok?"
"sejauh ini kondisinya masih stabil tapi tidak ada kemajuan yang signifikan, berdoa saja supaya ibu anda cepat sadar, permisi nona"
"terima kasih dok".
"nona.. Bangunlah" kata seorang dokter. Perempuan itu hanya mengerjapkan matanya.
"oh...maaf aku ketiduran, apa anda ingin memeriksa ibu saya?" tanya perempuan itu. Dokter itu hanya mengangguk lalu memeriksa keadaan ibunya.
"apa ada peningkatan dok?"
"sejauh ini kondisinya masih stabil tapi tidak ada kemajuan yang signifikan, berdoa saja supaya ibu anda cepat sadar, permisi nona"
"terima kasih dok".
Sepeninggal dokter perempuan itu duduk kembali di
sebelah ibunya. Dengan telaten ia membersihkan tubuh ibunya dengan handuk
basah.
"ibu.. Bangunlah! Apa ibu tidak lelah tidur berhari-hari? Ibu kumohon sadarlah. Jangan tinggalkan aku sendirian di dunia ini". Setiap hari ia selalu mengajak bicara ibunya, membacakan cerita untuknya. Berharap ibunya cepat sadar.
"ibu.. Bangunlah! Apa ibu tidak lelah tidur berhari-hari? Ibu kumohon sadarlah. Jangan tinggalkan aku sendirian di dunia ini". Setiap hari ia selalu mengajak bicara ibunya, membacakan cerita untuknya. Berharap ibunya cepat sadar.
Ia merasa jari ibunya bergerak dalam gemnggamannya.
Benar saja ibunya membuka mata. Sungguh senang tak terkira hatinya. Segera ia
panggil dokter untuk memeriksa keadaan ibunya.
"kondisinya baik, ia hanya perlu menginap selama 2 hari untuk pemulihan, setelah itu ia bisa kembali ke rumah" kata dokter kemudian berlalu pergi.
"terima kasih dokter".
"kondisinya baik, ia hanya perlu menginap selama 2 hari untuk pemulihan, setelah itu ia bisa kembali ke rumah" kata dokter kemudian berlalu pergi.
"terima kasih dokter".
"di mana aku?" tanya ibu.
"Kita di rumah sakit"
"kau siapa?"
"aku anakmu ibu, Intan"
"apa? Bagaimana bisa aku memiliki anak, padahal umurku 25 tahun dan aku belum menikah". Intan hanya menepuk jidatnya.
"bagaiman bisa ibu bepikir sperti itu, umur ibu 46 tahun, dan ibu sudah menikah dengan ayah"
"tidak mungkin, namaku Wati dan aku belum menikah, dan bocah tengik aku masih muda"
"ibu, percayalah"
"jangan pangil aku ibu, cepat keluar" Intan mau tidak mau menurut ia merasa aneh dengan ibunya. Intan menuju ruang dokter yang menangani ibunya: "permisi dok, saya boleh masuk"kata Intan mengintip di balik pintu.
"masuk saja"
"dokter kenapa ibu saya kadi aneh, ia merasa dirinya berumur 25 tahun dan ia belum menikah bahkan ia tidak mengenaliku sebagai anaknya"
"saat melakukan scan di kepala ada permasalan di otaknya. Karena kepalanya terbentur waktu kecelakaan itu. Ibu anda meras berumur 25 tahun karena memorinya setelah berumur 25 tahun hilang. Singkat kata ia tidak mengingat kejadian saat berumur 26 tahun sampai sekarang"
"apa ibu saya terkena penyakit semacam amnesia?"
"ya, kira-kira seperti itu"
"apa ibu saya tidak bisa mengingatnya lagi?"
" tenang saja amnesia yang dialami Ibu Wati tidak permanen, ia masih bisa mengingatnya."
Intan hanya menghembuskan nafas "terima kasih dok, saya akan coba. Permisi" kata Intan beranjak keluar.
"Kita di rumah sakit"
"kau siapa?"
"aku anakmu ibu, Intan"
"apa? Bagaimana bisa aku memiliki anak, padahal umurku 25 tahun dan aku belum menikah". Intan hanya menepuk jidatnya.
"bagaiman bisa ibu bepikir sperti itu, umur ibu 46 tahun, dan ibu sudah menikah dengan ayah"
"tidak mungkin, namaku Wati dan aku belum menikah, dan bocah tengik aku masih muda"
"ibu, percayalah"
"jangan pangil aku ibu, cepat keluar" Intan mau tidak mau menurut ia merasa aneh dengan ibunya. Intan menuju ruang dokter yang menangani ibunya: "permisi dok, saya boleh masuk"kata Intan mengintip di balik pintu.
"masuk saja"
"dokter kenapa ibu saya kadi aneh, ia merasa dirinya berumur 25 tahun dan ia belum menikah bahkan ia tidak mengenaliku sebagai anaknya"
"saat melakukan scan di kepala ada permasalan di otaknya. Karena kepalanya terbentur waktu kecelakaan itu. Ibu anda meras berumur 25 tahun karena memorinya setelah berumur 25 tahun hilang. Singkat kata ia tidak mengingat kejadian saat berumur 26 tahun sampai sekarang"
"apa ibu saya terkena penyakit semacam amnesia?"
"ya, kira-kira seperti itu"
"apa ibu saya tidak bisa mengingatnya lagi?"
" tenang saja amnesia yang dialami Ibu Wati tidak permanen, ia masih bisa mengingatnya."
Intan hanya menghembuskan nafas "terima kasih dok, saya akan coba. Permisi" kata Intan beranjak keluar.
"ibu aku akan
membuatmu ingat padaku" tekad Intan.
Intan kembali ke ruang inap ibunya.
"ibu...."
"aku bukan ibumu"
"ibu, kata dokter kau amnesia, umurmu sekarang 46 tahun, apa yang harus kulakukan agar kau mengerti?"
"berhenti mengoceh dan jangan menggangguku, ingat aku masih muda"
Intan pergi tak selang lama ia kembali dengan membawa sebuah kaca.
"apa lagi?" tanya ibu.
"lihatlah bu, ummurmu 46 tahun" kata Intan sambil memberikan kaca .
"aaaaa......wajah siapa yang ada di cermin?"
"wajah ibulah"
"aku tidak setua itu, bagaimana ini?"
Intan hanya tersenyum geli melihat ibunya panik.
"sudah kubilang ibu sudah tua, sekarang percayakan?"
"tapi bagaimana bisa?"
"sudah kubilang ibu amnesia"
"benar juga aku amnesia. Jika aku setua ini dan kau adalah anakku, lalu siapa suamiku?"
"Ayah Sumarno"
"tidak mungkin suamiku dia. Laki-laki tidak tampan dan miskin yang selalu menggangguku"
"meski ibu amnesia, tapi komentar ibu untuk ayah tetaplah sama. Ibu aku akan membantumu mengingatnya. Percayalah padaku"
"aku tidak yakin tapi akan kucoba"
Intan memeluk ibunya. "jangan peluk aku, sesak"
"hehe.. Maaf! Sekarang ibu istirahat lusa kita pulang ke rumah"
Intan kembali ke ruang inap ibunya.
"ibu...."
"aku bukan ibumu"
"ibu, kata dokter kau amnesia, umurmu sekarang 46 tahun, apa yang harus kulakukan agar kau mengerti?"
"berhenti mengoceh dan jangan menggangguku, ingat aku masih muda"
Intan pergi tak selang lama ia kembali dengan membawa sebuah kaca.
"apa lagi?" tanya ibu.
"lihatlah bu, ummurmu 46 tahun" kata Intan sambil memberikan kaca .
"aaaaa......wajah siapa yang ada di cermin?"
"wajah ibulah"
"aku tidak setua itu, bagaimana ini?"
Intan hanya tersenyum geli melihat ibunya panik.
"sudah kubilang ibu sudah tua, sekarang percayakan?"
"tapi bagaimana bisa?"
"sudah kubilang ibu amnesia"
"benar juga aku amnesia. Jika aku setua ini dan kau adalah anakku, lalu siapa suamiku?"
"Ayah Sumarno"
"tidak mungkin suamiku dia. Laki-laki tidak tampan dan miskin yang selalu menggangguku"
"meski ibu amnesia, tapi komentar ibu untuk ayah tetaplah sama. Ibu aku akan membantumu mengingatnya. Percayalah padaku"
"aku tidak yakin tapi akan kucoba"
Intan memeluk ibunya. "jangan peluk aku, sesak"
"hehe.. Maaf! Sekarang ibu istirahat lusa kita pulang ke rumah"
Lusapun datang mereka kembali ke rumah.
"ini bukan rumahku"
"ini memang bukan rumah ibu, tapi rumah kita. Aku, ibu dan ayah. Ayo aku tunjukkan, lihat itu foto pernikahan ibu dan ayah"
"ck, aku tak menyangka aku benar-benar menikah denganya, apa dulu aku dipaksa ya?"
"foto yang ini saat aku masih bayi"
" ini saat aku berumur lima tahun"
"ini saat ayah memberikan kado buat ibu"
qini saat aku lulus Smp"
"ini saat aku berulang tahun yang ke-17, tahun lalu"
"kenapa yang terakhir tidak ada ayah?"
"karena ayahsudah pergi bu, tepat sebulan sebelum aku ulang tahun. Apa ibu mengingat sesuatu?"
Ibu hanya menggeleng.
"ini bukan rumahku"
"ini memang bukan rumah ibu, tapi rumah kita. Aku, ibu dan ayah. Ayo aku tunjukkan, lihat itu foto pernikahan ibu dan ayah"
"ck, aku tak menyangka aku benar-benar menikah denganya, apa dulu aku dipaksa ya?"
"foto yang ini saat aku masih bayi"
" ini saat aku berumur lima tahun"
"ini saat ayah memberikan kado buat ibu"
qini saat aku lulus Smp"
"ini saat aku berulang tahun yang ke-17, tahun lalu"
"kenapa yang terakhir tidak ada ayah?"
"karena ayahsudah pergi bu, tepat sebulan sebelum aku ulang tahun. Apa ibu mengingat sesuatu?"
Ibu hanya menggeleng.
"tidak apa semua
butuh waktu"
selama berhari-hari Intan menunjukkan barang-barang
atau tempat-tempat yang dapat membuat ibunya ingat. Tapi semuanya nihil. Setiap
malam ia selalu berdoa pada Tuhan agar ibunya sembuh.
Intan mengajak ibunya ke restoran dimana ayahnya
dulu melamar ibunya. Namun sayang ibunya tidak mengingat apapun. Akhirnya
mereka pulang tanpa hasil. Intan merebahkan tubuhnya yang lelah. "apa yang
harus kulakuka agar ibu ingat?" tiba-tiba ia ingat jika ibunya memiliki
buku diary. Intan segera mencarinya . Setelah lama mencari akhirnya ia
menemukan buku itu.ia masuk ke kamar ibunya. Ia melihat ibunya sedang tidur. Ia
meletakkan buku itu di samping ibunnya dan memberiakn note " ibu, buku ini
adalah diarymu. Ini benda terakhit yang dapat kutunjukkan padamu. Semoga kau
mengingatnya." setelah itu ia pergi ke kamarnya dan tidur.
Matahari telah terbit. Ibu bangun dari tidurnya.
Dilihatnya buku di sebelahnya ada note dari Intan. Segera ia baca diary
tersebut.
Lembar demi lembar ia baca buku tersebut. Ia tersenyum "benarkah ini yang terakhir?".
Lembar demi lembar ia baca buku tersebut. Ia tersenyum "benarkah ini yang terakhir?".
Intan masih tidur di kamarnya. Ibunya masuk tanpa
sepngetahuan Intan. Ibu memandang wajah anaknya.
"Intan Permata Sari" kata ibu lantang.
"hadir" kata Intan dalam tidurnya.
"cepat bangun dan mandi"
"yes, mom"
ibu keluar dari kamar untuk sarapan. Tak selang lama Intan bergabung. "ibu.. Tadi aku bermimpi ibu melakukan kebiasaan kita sebelum ibu amnesia"
"benarkah?"
"iya, aku tidak tahu tapi mimpi itu seperti kenyataan, apa ibu sudah membaca diarynya?"
"sudah"
"mengingat sesuatu?"
"benarkah itu yang terakhir yang bisa kau tunjukkan pada Ibu?"
Intan hanya melongo mendengar perkataan ibunya. Selama amnesia ibu tidak selalu berkata aku untuk dirinya. " ibu sudah ingat? "
ibu mengangguk.
"sejak kapan?"
"sejak kita ke restoran, sebenarnya ibu sudah ingat. Hanya saja ibu ingin merasa lebih muda"
"ibu....!" kesal Intan.
"sini peluk ibu.." kata ibu sambil melebarkan tangannya. Dengan senang hati Intan memeluk ibunya." terimasih sudah mengingatku bu, jangan pernah lupa lagi padaku" kata Intan.
Ibu hanya mengangguk dalam pelukan itu.
"Intan Permata Sari" kata ibu lantang.
"hadir" kata Intan dalam tidurnya.
"cepat bangun dan mandi"
"yes, mom"
ibu keluar dari kamar untuk sarapan. Tak selang lama Intan bergabung. "ibu.. Tadi aku bermimpi ibu melakukan kebiasaan kita sebelum ibu amnesia"
"benarkah?"
"iya, aku tidak tahu tapi mimpi itu seperti kenyataan, apa ibu sudah membaca diarynya?"
"sudah"
"mengingat sesuatu?"
"benarkah itu yang terakhir yang bisa kau tunjukkan pada Ibu?"
Intan hanya melongo mendengar perkataan ibunya. Selama amnesia ibu tidak selalu berkata aku untuk dirinya. " ibu sudah ingat? "
ibu mengangguk.
"sejak kapan?"
"sejak kita ke restoran, sebenarnya ibu sudah ingat. Hanya saja ibu ingin merasa lebih muda"
"ibu....!" kesal Intan.
"sini peluk ibu.." kata ibu sambil melebarkan tangannya. Dengan senang hati Intan memeluk ibunya." terimasih sudah mengingatku bu, jangan pernah lupa lagi padaku" kata Intan.
Ibu hanya mengangguk dalam pelukan itu.
END
tolong kritik saran ya...
Comments
Post a Comment