segalanya tentang perempuan emansipasi menulis dalam rangka hari kartini

‪ Tema : Peran perempuan dalam era globalisasi.


Perempuan? Hah, rasanya aneh jika seorang wanita membicarakan tentang perempuan. Saat menuji seorang perempuan, terkesan memuji diri sendiri. Tapi saat mencela perempuan, terkesan menjelek-jelekkan diri sendiri. Ah, sudahlah! Lupakan!

Perempuan tetaplah perempuan, sejak lahir yang masih imut-imut, hingga usia lansia yang amit-amit perempuan tetaplah perempuan. Tak akan ada yang merubah kodrat itu, karena Tuhan yang menghendaki semua itu. Mau transgender atau apa, secara kodrat perempuan tetaplah perempuan.


Peran perempuan dalam era globalisasi? Apa perempuan berperan dalam era globalisasi ini? Sejak kecil perempuan telah diajari oleh ayah ibu untuk mengerjakan tugas rumah, mencuci, menyapu, memasak dan tugas-tugas lain yang tak diajarkan kepada laki-laki. Saat remaja, mulai merasakan detak-detak cinta dan apa itu galau. Saat dewasa bekerja dan menikah. Menjadi seorang istri, sekaligus ibu, dan mengerjakan pekerjaan rumah masih ditambah pekerjaannya. Hingga saat tua menimang cucu. Bukankah seperti itu siklus kehidupan seorang perempuan pada umumnya?



Lalu apa peran seorang perempuan dalam era globalisasi ini? Tentu saja menjadi anak yang berbakti pada orang tuanya. Menjadi istri yang hormat pada suaminya, menjadi ibu yang sayang pada anaknya. Menjadi orang yang bertanggung jawab atas segala pekerjaannya. Menjadi penopang kebahagiaan dalam keluarganya. Menjadi sosok yang mulia bagi anak-cucunya. Bukankah itu peran seorang perempuan? Peran yang kadang dilupakan dan hanya dipandang sebelah mata.


Tema : R. A. Kartini, masa kini.


Siapa R. A. Kartini masa kini? Jika kau tanya padaku, secara spontan pasti kujawab "Ibuku". Pasti seperti itu, karena ibu adalah pahlawan dalam hidupku. Coba tanyakan pada hati kalian masing-masing, siapa perempuan yang sangat berharga, sangat berarti, sangat menyayangimu? Bukankah itu ibu kalian masing-masing. Ya, begitupun juga dengan diriku. Ibu adalah pahlawan emansipasi, yang selalu membelaku saat ayah begitu murka atas apa yang kuperbuat yang itu menurutnya melewati batas sebagai seorang perempuan. Misalnya saat aku pulang lebih dari jam enam malam, tanpa babibu ayah langsung marah padaku tanpa mendengarkan alasan. Tapi, ibu masih sabar mencoba bertanya apa gerangan yang membuatku pulang malam. Yah, lagi-lagi hal kecil yang dilupakan.


Tapi selain ibuku ada seorang perempuan yang merenggut perhatianku. Dia begitu perkasa dan tabah, dan bahkan bisa disebut pahlawan masa kini. Siapa dia? Diriku sendiri! Hahaha... Piece..wink emotikon. Bukan sombong atau apa, hanya saja itu yang tiba-tiba melintas dibenakku saat membaca tema #day2. Sebenarnya aku tak tahu, siapa pahlawan emansipasi masa kini, karena sejujurnya setiap perempuan berjuang dalam hidupnya masing-masing. Pendidikan, pekerjaan, dan lain sebagainya perempuan saling berjuang dan menguatkan sebagai wanita. Karena itu berbanggalah menjadi seorang perempuan. Kita bisa, kita kuat.

Tersenyumlah walau sulit, menangislah jika itu membuatmu lega. Perempuan memang mudah menangis, tapi bukan berarti kita lemah. Yes, keep strong guys..

Tema : Tantangan dan keuntungan perempuan dalam era globalisasi?

langsung to the point. Menurutku tantangan yang dihadapi perempuan dalam masa globalisasi itu banyak. Saking banyaknya sulit untuk mengungkapkannya. Salah satu tantangan yang paling kentara adalah waktu. Jika dihitung waktu ini banyak dalam sehari. 24 jam yang terasa lama jika hanya diam saja, tapi terasa begitu cepat saat melakukan aktivitas. Perempuan pada masa kini banyak melakukan aktivitas/pekerjaan yang setara dengan laki-laki tapi masih harus mengerjakan pekerjaan rumah dan pekerjaan lain yang katanya tanggungjawab seorang perempuan. Tentu saja, tantangan terberat adalah membagi waktu, yah bukan hanya perempuan saja sebenarnya namun semua orang.

Tentang keuntungan menjadi perempuan di era globalisasi. Wah, kalau ngomongin keuntungan nggak bakal ada habisnya deh. Terutama tentang mode, jika tak ada emansipasi mungkin sampai saat ini. Perempuan masih pakai kebaya kali ya setiap hari. Wkwk.. pacman emotikon. Benar tidak? Sepatu, tas, baju, banyak desain dan kreativitas semua itu untuk perempuan. Meski untuk laki-laki juga ada tapi tak semarak perempuan. Ya, itu saja! Sudah cukup kan buat bayar hutang #day3. Udah kena sempriitt wasit event.. Uppss.. gasp emotikon

Tema : Emansipasi dalam tiga kata



Ekhm ... Emansipasi dalam tiga kata? Apa ya?

Kalau menurutku Emansipasi itu "Perempuan bersahaja selalu". Bagiku seperti itu.

Emansipasi adalah bentuk penyamaan derajad antara perempuan dan laki-laki. Namun, dalam kodratnya laki-laki dan perempuan tetaplah berbeda. Persamaan di sini, tentang pekerjaan, pendidikan, dan lain yang dulunya hanya laki-laki yang boleh. Mengapa aku artikan emansipasi dalam arti "perempuan bersahaja selalu". Well, itu karena semakin majunya jaman perempuan semakin bersahaja atas persamaan derajad dan keadilan yang diterima seorang perempuan tanpa melewati batasannya atas kodratnya sebagai perempuan.

Itu saja... Apa menurutmu arti emansipasi dalam tiga kata sob?

Tema : perempuan itu artmazing. Apa pendapatmu?


Cukup satu kata "Setuju". Yups, aku setuju banget sama pendapat itu entah siapa gerangan yang berpendapat. Perempuan memang lembut dan berhati lunak. Mudah menangis dan sensitif, tapi itulah yang membuat perempuan itu artmazing. Karena perempuan lebih banyak bertindak dengan hati dan perasaan.


Tema : Jika emansipasi itu penting, bagaimana kita masing-masing dapat berkomitmen untuk mendukungnya? Apa bukti konkretnya?


Yah ... Hari ini adalah hari terkahir ‪#‎swc8‬. Tapi bukan berarti hari terkahir untuk berkarya, iya kan? Setelah seminggu membayar hutang, eits ... Bukan hati menganggap ini semua beban loh ya? Tapi sebuah kewajiban, dan mungkin nanti bakal kangen.


Oke langsung saja pada tema hari terakhir ini, emansipasi itu sangat penting. Kalau tidak penting, mana mungkin diangkat sebagai tema dalam event kali ini. Kalau buat saya sendiri komitmen itu tentang mimpi besar saya. Mimpi yang mungkin saya tak berani untuk mewujudkannya atau sekedar memimpikannya. Mimpi besar untuk bisa sarjana. Iya kan? Kalau nggak ada emansipasi, mana ada perempuan sekolah tinggi-tinggi.


Kita harus mendukung adanya emansipasi, tapi jangan melewati batas kodratnya perempuan. Oke?

Apa bukti konkretnya? Sudah jelas ada dan benar-benar nyata. Meski tak semua perempuan mendapatkannya. Adanya perempuan yang bisa S1, S2, bahkan S3, adanya perempuan yang menjadi direktur, bahkan pemimpin. Itulah bukti konkret adanya emansipasi.

tulisan ini ditulis karena mengikuti event dari sinergia consultant writing challenge 8

Comments

Popular posts from this blog

ARTIKEL BADMINTON/BULU TANGKIS DALAM BAHASA INGGRIS DAN ARTINYA

CONTOH SOAL AKUNTANSI (transaksi)

contoh soal akuntansi buku besar pembantu