Surat Untuk Ayah
Ayah,
Aku Merindu di Kesunyian
Oleh
: Hijrah Anggraini Nashuha
“Setelah
jarak memisahkan baru kusadari betapa besarnya cintamu untukku.”
Yah,
setelah jarak menjadi penghalang dan semua nyaris kuhilangkan, aku baru sadar
bahwa dirimu adalah sosok yang mencintaiku apa adanya. Tanpa peduli sikapku
yang nakal, kekanak-kanakan ataupun pemarah sekalipun. Aku tak perlu menjadi
orang lain di depanmu, karena engkau lebih tahu aku dari pada diriku sendiri.
Yah, hampir 4 bulan kita tak berjumpa. Dulu, kupikir pergi berarti bebas, dulu
kupikir jauh darimu akan membuatku bahagia, tapi tidak Yah. Aku kesepian
disini, merindu setiap jejak yang pernah kita lalui.
Yah,
dulu apa yang kita lakukan tak kupikir akan menjadi istimewa. Tapi semua terasa
istimewa ketika aku tak lagi bisa melakukannya. Bahkan setiap aku berbuat salah
dan Engkau marah menjadi hal yang istimewa sekarang. Dulu kita tertawa bersama
merebutkan siaran TV dan aku selalu kalah, itu terasa menjengkelkan.Tapi
sekarang saat hal-hal kecil itu tak lagi kulakukan aku rindu Yah.
Yah,
kupikir kau adalah ayah terburuk di dunia. Kau selalu marah padaku, untuk
apapun yang kulakukan, kau tak pernah mengatakan sekalipun padaku “Nak, ayah
bangga padamu!” padahal, ingin sekali aku mendengar kata-kata seperti itu ketika
aku menjadi juara kelas atau memenangkan lomba tingkt kecamatan. Prestasi kecil
memang, tapi kata-kata seperti membuatku tahu bahwa kau pun masih ada rasa
sayang untukku. Tapi tidak Yah, kau bilang itu bukan apa-apa. Aku sedih
mendengarnya, tapi kini kutahu mungkin kau berharap agar aku tak sombong dengan
prestasi kecil yang belum ada apa-apanya.
Yah,
kau adalah orang yang menentangku mati-matian untuk mengejar mimpi dan kuliah.
Katamu, perempaun nantinya berakhir di dapur, lebih baik kerja sebelum menikah
cari modal. Hingga kita bertengkar begitu hebat, dan aku sangat membencimu kala
itu. meski begitu aku tetap berjuang dan diterima kuliah, tapi baru kutahu
bahwa kau juga mati-matian mencari biaya untukku kuliah. Yah, kenapa tidak
bilang saja dengan hati daripada memaki, mungkin aku mengerti? Tapi, kini
akhirnya aku kuliah Yah. Dan aku rindu padamu, rindu saat engkau marah padaku,
juga saat kita bercanda karena hal-hal kecil yang dulu tak bermakna tapi kini
menjadi kenangan yang indah.
Yah,
jagalah kesehatanmu di sana. Sampaikan salam sayangku untuk ibu dan adikku.
Sehat selalu, dan tunggu aku pulang. Membawa kebanggaan dan kesukseskan yang
telah kau nantikan. Yah, selalu kuminta pada Tuhan untuk memberiku kesempatan
membahagiakan kalian, jadi hiduplah dengan sehat selama aku di sini. Juga
bahagialah untukku, Ayah.
Tangerang
Selatan, 21 November 2017
surat ini memang utuk ayahku, tapi kalau bertemu langsung beuh.. mustahil dapat bilang hal seperti itu...
Comments
Post a Comment